Rabu, 11 November 2009

ukhti

Wahai Ukhti,
Ketahuilah bahwa kasih sayang itu tak mesti berbalas,
Ketika kau tanam mawar, belum tentu dapat kau petik ia saat berbunga

Wahai Ukhti,
Ketahuilah bahwa cinta itu tak bersyarat,
Ia meminta sepenuh perhatian namun tak dapat dijadikan jaminan engkau akan mendapatkan yang serupa

Karenanya wahai ukhti
Kejarlah selalu cinta Allah, karena Ia akan memberikan begitu banyak cinta di hatimu agar dapat engkau berikan pada saudari-saudarimu walau mereka tidak mencintaimu

Karenanya wahai ukhti,
Gapailah selalu keridhoan Allah, karena Ia akan memberikan hati yang ridho atas apa yang diperbuat oleh saudari-saudarimu walau mereka tidak ridho terhadapmu
Memberilah tanpa menuntut banyak untuk meminta balasan
Karena dengan berharap balasan engkau akan banyak kecewa

Tahukah engkau wahai ukhti,
Cinta Sejati itu memberi.................. tanpa berharap untuk dibalas
Dan Cinta Sejati itu .....adalah Allah....

Allah itu Maha Baik dan tidak ada yang jauh Lebih Baik Dari Padanya,
Maha Sayang yang Kasih Sayangnya tidak Berbilang,
Maha Pengasih yang Tiada Pilih Kasih.
Tidak pernah tidur saat kita meminta,
Tidak pernah letih saat kita banyak memohon,
Tidak pernah pergi saat kita perlu pendamping,

Bahkan Ia Selalu hadir Tanpa Diundang,
Memberi tanpa diminta,
Selalu Ada,
Tak Pernah Mengecawakan, bahkan pada hamba-hambaNya yang paling mengecewakan sekalipun.


Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan hidayah, banyak cinta, iman dalam islam, kasih sayang terus menerus tanpa berharap di balas.
.......

Bangkitlah Indonesiaku.....

Salam perjuangan…

Merdeka!!! Merdeka!!!

Indonesia sudah bebas dari penjajah

Yang telah dibayar dengan darah

Berani bergerak untuk melangkah

Mengubah arah menuju kancah

Agar selalu tersenyum cerah

Enam puluh empat tahun sudah Indonesia merdeka

Merdeka karena cita-cita

Agar merah putih tercinta dapat berkibar hingga dunia

Melukiskan keindahan warna

Di langit milik Sang Kuasa

Duhai generasi muda

Apa yang sudah kau berikan untuk Indonesia???

Sudah kah kau pahami tentang Negara kita???

Dan tindakan nyata apa yang akan kau lakukan untuk Negara???

Wahai generasi muda

Kau lah agent of change bangsa

Sadarlah akan tugas utama

Apakah kau ingin Indonesia selalu menderita???

Berada dalam lingkaran kemiskinan dan kebodohan

Apakah kau ingin Indonesia diam tiada daya???

Bukalah mata…

Pasanglah telinga…

Lihat dan dengarkanlah orang-orang sedang menjerit kesakitan

Berteriak kepanasan

Menggigil kedinginan

Mana jiwa nasioalisme mu…

Mana daya patriotisme mu…

Ayo tunas bangsa kita bergerak untuk nagara

Agar semua menjadi bangga

Memiliki Negara yang merdeka

Merdeka atas segalanya

Tanpa dihina seperti sedia kala

Cita dengan tujuan utama untuk nama baik Indonesia

Tanpa lupa pada Sang Pencipta

Yang memiliki alam semesta

Demi Indonesia abadi

Mari bersama-sama membangun negeri

Tanam rasa cinta dihati

Cinta yang hakiki pada ibu pertiwi

Rala berkorban untuk mati

Demi terjaga bendera merah putih nan suci

Berkibar gagah berani



by vita permata

Kamis, 29 Oktober 2009

AKHWAT SEJATI






Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang akhwat sejati?”
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum. Anakku…


Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari, keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.“Lantas apa lagi Abi?” sahut putrinya.
Ketahuilah putriku… Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.

Dan ingatlah… Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.

Setelah itu sang anak kembali bertanya,

“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?” Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka!”

Sang anakpun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”. (Muslimah Sholihah)












































































































































































































Sabtu, 17 Oktober 2009

ANTARA SHOLAT DAN PRESTASI


Sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang paling vital dan utama setelah seseorang mengikrarkan syahadat atau berada di dalam Islam. Sholat menjadi tumpuan bagi seluruh aktivitas ibadah umat muslim. Sholat juga memegang kendali yang sangat kuat terhadap seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Dan percaya atau tidak percaya, ternyata sholat pun memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi seorang muslim.

Sebelumnya, perlu kami sampaikan bahwa prestasi yang dimaksud dalam Islam bukanlah sebatas prestasi akademis yang ditunjukkan oleh nilai atau nominal tertulis saja. Prestasi di dalam Islam adalah kualitas kehidupan yang dijalani oleh seseorang, yang mencakup cara hidup dan hasil dari aktivitas kehidupannya tersebut. Namun, prestasi tersebut pun kemudian juga dapat memompa nilai akademis dalam bentuk nominal tertulis, maupun nilai-nilai kepribadian yang tidak tertulis, misalnya budi pekerti dan akhlak orang tersebut.

Coba kita renungkan sejenak firman Allah swt berikut:

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)

Lihatlah betapa sholat memiliki peranan penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari seorang muslim. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sholat merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk membawa seseorang atau suatu umat menuju kepada kemulian, perbaikan, segala sesuatu yang bernilai baik. Maka di sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya sholat itu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi dalam kehidupan seorang muslim.

Setelah kita peroleh kesimpulan di atas, mungkin akan ada pertanyaan menyusul mengenai “benarkah sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”, “mengapa sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”, dan “bagaimana sholat dapat meningkatkan prestasi seseorang?”.

Di sini, kami akan mencoba untuk mengupas dan menjawab ketiga pertanyaan di atas secara langsung, dalam satu rangkaian jawaban, tidak terpisah-pisah. Karena, pada dasarnya pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan satu kesatuan yang saling berkait.

Insya Allah “BENAR”, bahwa ibadah sholat dapat meningkatkan prestasi seorang muslim yang mengistiqomahkannya dengan ikhlas, baik dan benar. “Mengapa dan bagaimana?”, karena di dalam sholat terdapat beberapa hal yang bersifat mendidik. Unsur-unsur mendidik yang terdapat di dalam sholat tersebut akan mendarah daging di dalam jiwa dan raga orang yang mengistiqomahkannya dengan ikhlas, baik dan benar. Kemudian, nilai-nilai yang telah mendarah daging tersebut akan memacunya kearah yang selalu positif dan lebih baik. Berikut ini adalah beberapa unsur mendidik yang terdapat di dalam ibadah sholat.


Senantiasa mengajarkan kebaikan

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)

Melalui ayat di atas, dapat kita pahami dengan jelas bahwa Allah swt telah meyampaikan dengan tegas bahwa sholat dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Mengapa demikian? Karena,seseorang yang telah mampu mendirikan dan mengistiqomahkan sholat dengan baik dan benar, dengan khusyuk, maka ia akan selalu mengingat Allah swt. Ia akan selalu merasa bersama Allah swt. Kapanpun, di manapun, dan dalam aktivitas apapun, ia merasa bahwa Allah swt senantiasa bersamanya, melihatnya, mendengarnya, dan mengawasinya. Kalau sudah demikian adanya, maka siapa yang akan berani untuk melakukan maksiat, perbuatan-perbuatan keji dan mungkar? Sebaliknya, ia akan senantiasa terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik atau amalan-amalan sholeh untuk mendapatkan rahmat dan ridho-Nya.


Menanamkan kedisiplinan

“… Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa : 103)

Tidak seorang muslim pun dapat mengerjakan sholat dengan semaunya sendiri, yang kapan ia mau maka saat itulah ia mengerjakan sholat. Sholat merupakan salah satu ibadah utama umat muslim yang memang sudah ditetapkan waktunya oleh Allah swt. Tidak ada yang dapat ataupun berhak untuk merubahnya.

Rasulullah SAW bersabda: “sholatlah seperti aku sholat.” (Al Hadits)

Hadits di atas juga menegaskan kepada umat muslim bahwa sholat merupakan satu ibadah yang terikat dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Aturan-aturan tersebut diantaranya adalah adanya rukun dan syarat sahnya sholat, hal-hal yang membatalkan sholat (perkara yang diharamkan untuk dilakukan ketika sedang sholat), hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan dan disunnahkan untuk dikerjakan ketika sholat, dan lain-lain.

Dengan adanya aturan-aturan tersebut, maka diperlukan niat yang kuat dan kesungguhan hati yang mantap untuk mengistiqomahkan ibadah sholat dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Tentunya, bagi mereka yang telah berhasil mematuhi segala aturan-aturan ketat yang terdapat di dalam ibadah sholat ini, kemudian mampu mengistiqomahkannya dengan baik dan benar, tentu saja akan tertanam kedisiplinan yang mantap dalam dirinya untuk senantiasa bertindak sesuai dengan aturan yang ada. Sikap disiplin akan mendarah daging dalam kehidupannya dan terealisasi dalam setiap aktivitasnya.


Menanamkan kebersihan

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS. Al Maidah : 6)

Melalui firman-Nya, Allah swt telah memerintahkan hambanya yang beriman untuk selalu bersuci terlebih dahulu ketika hendak mengerjakan sholat. Tentu saja perintah tersebut merupakan satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muslim sebelum ia mengerjakan sholat.

Sholat yang tidak didahului dengan bersuci (berwudhu atau bertayamum) tidak akan diterima oleh Allah swt. Sholat yang demikian tidaklah sah dan justru akan menimbulkan satu dosa bagi pelakunya.

“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu apabila telah berhadats hingga dia berwudhu.” (HR. Bukhari)

Mengenai perintah bersuci ini, Rasulullah saw juga telah bersabda bahwa bersuci adalah anak kunci dari ibadah sholat. Artinya adalah, bahwa pembukan dari sholat adalah dengan bersuci, untuk mengerjakan sholat harus didahului dengan bersuci terlebih dahulu.

“Anak kunci kepada shalat itu adalah bersuci” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Pada perintah-perintah bersuci di atas tentunya telah jelas bahwa sholat hanya boleh dikerjakan setelah seseorang bersuci, yaitu berwudhu atau bertayamum (jika berhadats kecil). Ini mengisyaratkan bahwa tidak boleh melakukan sholat kecuali bagi orang-orang muslim yang berada dalam keadaan suci. Bersih dari segala bentuk kotoran dan hadas. Dari sini jelaslah bahwa Sholat mengajarkan umat muslim untuk senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan, yang tentunya harus diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan, baik jiwa, raga, pakaian, makanan maupun tempat.


Melatih konsentrasi

Konsentrasi, terpusat, fokus, atau khusyuk, merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi setiap aktivitas. Istilah itulah yang senantiasa ditekankan di dalam pelaksanaan sholat, yaitu khusyuk mengingat Allah swt semata, khusyuk disetiap bacaannya, dan khusyuk disetiap gerakannya. Ketika seseorang tengah mengerjakan sholat, maka ia dituntut untuk mengerahkan segenap jiwa, raga, pikiran, dan hatinya untuk bersatu dalam satu titik, yaitu mengingat Allah swt. Tidak diperbolehkan lagi melakukan kontak dengan hal-hal di luar unsur-unsur yang terdapat atau diperbolehkan di dalam sholat. Mengenai konsentrasi atau khusyuk di dalam sholat ini, Allah swt telah berfirman yang artinya:

“Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna”. (QS. Al Mukminun: 1-3)

Selain itu, Rasulullah saw juga telah bersabda mengenai betapa pentingnya unsur kekhusyuk-an di dalam sholat.

”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).

Tekanan untuk melatih kekhusyuk-an ini dilakukan oleh umat muslim setiap hari minimal sebanyak lima waktu, sesuai dengan lima waktu sholat fardhu. Dan latihan ini akan diperkuat lagi dengan melakukan sholat-sholat sunnah yang begitu banyak macamnya. Pelatihan di dalam sholat yang dilakukan setiap hari ini, bahkan berkali-kali dalam sehari tentunya akan membentuk pribadi yang memiliki tingkat konsentrasi yang baik dan semakin baik dalam kehidupannya. Dan hal ini tentu akan mejadi pendukung bagi seorang muslim dalam segala aktivitas kehidupan yang dijalaninya.


Membiasakan ucapan yang baik

Shalat adalah ibadah yang secara langsung berhubungan dengan Allah swt. Di dalam sholat tersebut terdapat bacaan-bacaan yang semuanya bernilai kebaikan. Kalimat-kalimat yang mulia berupa pujian, doa, dan pernyataan penghambaan.

Dengan selalu memuji kepada Allah, insya Allah akan menimbulkan sikap rendah hati. Kalimat yang berupa doa-doa sebagai cermin bahwa manusia adalah makhluk yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt semata. Tertanamnya bacaan-bacaan yang bernilai kebaikan dan kemuilaan tersebut di dalam hati seseorang, akan menjadikannya sebagai sosok yang selalu berhati-hati dalam berucap dan selalu menghindarkan diri dari sifat sombong, ujub, dan riya.


Mengajarkan kebersamaan dan persatuan


“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku”
(QS. Al-Baqarah: 43).

“Suatu ketika datanglah seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw dengan tujuan untuk meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena kebutaan yang ada pada dirinya. Lelaki yang buta tersebut berkata kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang buta, tidak ada seorang penuntun yang dapat menuntunku ke Masjid, maka bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup bagiku sholat di rumah saja?” Seketika Rasulullah saw memberi keringanan kepada lelaki tersebut sebagaimana yang ia pinta, namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah saw memanggilnya kembali dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?” Orang buta itu menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah saw pun bersabda, “Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)” (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya. “ (HR. Bukhori Muslim).

“Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)” (HR: Abu Daud).

Di atas merupakan dasar-dasar yang menekankan pentingnya melakukan sholat berjamaah. Dengan demikian, jelaslah bahwa sholat pun mengajarkan kebersamaan, silaturahmi, dan memperkuat persatuan dan kesatuan antar sesama umat muslim.

Sholat berjamaah mengajarkan kepada umat muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dan persatuan antar sesama umat muslim, tanpa memandang suku, budaya, kebangsaan, bahasa, warna kulit, latar belakang pendidikan, dan lain-lain. Sholat berjamah akan menyatukan semua perbedaan tersebut. Suku apapun, apapun warna kulitnya, apapun kebangsaannya, apapun bahasa daerahnya, apapun latar belakang pendidikannya, berhak untuk menjadi imam dalam sholat berjamaah, asalkan ia telah mampu memenuhi syarat-syarat sebagai imam (misalnya: hafal banyak surat di dalam Al Quran dengan bacaan yang tartil, mengerti banyak tentang sunnah, beragama Islam). Dan setiap mereka yang menjadi makmum wajib mengikuti gerakan imam dan tidak mendahuluinya, tidak peduli apakah makmum tersebut seorang yang kaya raya, seorang jendral, atau presiden sekalipun.

Di dalam sholat berjamaah juga sangat ditekankan untuk meluruskan dan merapatkan shaf/barisan sholat. Ini merupakan satu isyarat yang senantiasa mengajarkan umat muslim untuk selalu memperkuat ukhuwah islamiyah-nya agar jangan sampai tercerai-berai.

Di sini dapat kita pahami bahwa sholat merupakan serangkaian ibadah utama bagi umat muslim yang di dalamnya sangat menjunjung tinggi adanya suatu ikatan persaudaraan dan persatuan yang kuat. Dengan demikian, seorang muslim yang senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah dengan baik dan benar, niscaya akan tertanam di dalam dirinya jiwa persatuan yang sangat kuat, semangat persaudaraan yang tak pernah pupus, dan terus menguatnya rasa kebersamaan yang begitu hangat.


Melatih kejujuran

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)

Sekali lagi bahwa sholat merupakan salah satu rangkaian ibadah umat muslim yang berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar, jika diistiqomahkan dengan baik dan benar, dan dilakukan dengan segenap jiwa dan raga secara menyeluruh dan ikhlas.

Sholat merupakan ibadah yang masing-masing jumlah rakaat-nya sudah ditetapkan, tidak ada yang boleh mengurangi ataupun menambahkannya. Dan ternyata, melalui jumlah rakaat tersebut kita dapat memetik satu hikmah yang sangat berharga, yaitu kejujuran. Sholat yang rakaatnya telah ditetapkan dan sudah tidak dapat diutak-atik tersebut ternyata secara tidak langsung telah mengajarkan seorang muslim untuk senantiasa berlaku jujur, kapanpun dan dimanapun. Tidak ada seorang muslim yang mengerjakan sholat ‘ashar sebanyak dua atau tiga rakaat karena terburu-buru atau karena ia mengerjakannya ditempat yang tertutup. Dan tidak dibenarkan pula untuk menambahkan jumlah rakaat tertentu semau kita sendiri dengan tujuan agar mendapatkan pahala yang lebih banyak. Kapanpun dan dimanapun, pada waktu malam di dalam gua yang terasing sekalipun, mengerjakan sholat ‘ashar adalah empat rakaat, tidak lebih dan tidak kurang.

Meskipun sholat itu dikerjakan secara tersembunyi (tidak dilihat oleh orang lain), tetap saja rakaat yang boleh dikerjakan adalah yang telah ditetapkan. Tidak dibenarkan untuk menambahkan maupun mengkorupsikan rakaat tersebut.


Menghilangkan sifat malas

Sholat fardhu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, sholat shubuh yang dilakukan pada bagi buta, sholat tahajud yang dilakukan di sepertiga malam manakala hampir setiap makhluk Allah swt tertidur, keutamaan sholat berjamaah di masjid, semua itu mengandung unsur-unsur yang mendidik bagi seorang muslim. Untuk mengerjakan sholat-sholat tersebut harus melawan satu jenis penyakit yang banyak hinggap dan bersemayam di dalam dada manusia, yaitu rasa malas.

Mustahil bahwa di dalam diri seseorang tidak terdapat sifat malas. Dan hanya orang-orang yang mampu melawan sifat malas itulah, yang akan berhasil terbangun di sepertiga malam atau di pagi buta untuk sholat dan menemui Rabb-nya, Allah swt. Hanya orang-oran yang mampu mengalahkan penyakit malaslah yang mampu mengisitiqomahkan sholat lima waktu dengan baik dan benar. Hanya orang-orang yang berhasil melawan rasa malasnyalah yang istiqomah untuk melangkahkan kakinya ke masjid untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah.

Di sini dapat di ambil kesimpulan bahwa sholat dapat meningkatkan prestasi atau kualitas hidup seorang muslim, minimal mencetak umat muslim dengan kepribadian sebagai berikut:

  • Senantiasa mengajarkan kebaikan
  • Disiplin
  • Bersih
  • Penuh konsentrasi
  • Selalu bertutur kata yang baik
  • Selalu menjaga ukhuwah Islamiyah dan insaniyah
  • Jujur
  • Tidak malas (rajin)

Subhanallah! Betapa mulianya nilai dari ibadah sholat yang merupakan ibadah yang paling utama bagi umat Islam. Bukankah rangkaian kepribadian yang luhur di atas merupakan satu prestasi yang sangat gemilang di dalam kehidupan? Rasa syukur yang tak terhingga marilah sama-sama kita panjatkan kepada Allah swt yang telah menempatkan kita semua di dalam koridor Islam.

Demikianlah artikel yang cukup sederhana ini, semoga dapat memberikan barokah dan maslahat bagi kita semua. Amin.

Wallahua’lam

www.syahadat.com

Pulau Impian

Coba evaluasi arah dan tujuan hidup kita selama ini, apakah ada
tujuan yg berarti, atau tanpa arah tujuan yang jelas?.

Bayangkan kita berada ditengah samudera diatas sebuah speedboat,
lima puluh kilometer di depan kita adalah sebuah pulau dan di pulau
itu terdapat semua yang kita inginkan dan cita-citakan.
Semua impian !!

Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu semua adalah sampai ke
pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang cakrawaala tapi cakrawala
yang mana ?
Masalahnya adalah kita tidak punya kompas, peta, radio, telepon dan
kita tidak tahu mana arah ke pulau tersebut.

Arah yang salah akan membuat kita melenceng jauh sekali dari pulau
impian. Sementara di sekeliling kita yang terlihat cuma laut dan
langit. Dalam 2 jam, kita bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila salah arah, kita bisa saja kehabisan bahan bakar sebelum mencapai pulau impian tersebut.

Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti
kegunaan hidup kita adalah sama dengan dilema pulau impian. Semua
mimpi kita sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya kita
harus mengetahui apa, dimana dan bagaimana mencapainya.

Kita mutlak mengetahui arah untuk mencapainya, dan untuk itu kita
memerlukan peta. Tentukan peta kita sekarang. Untuk dapat mencapai
impian kita. Buat seteliti dan seakurat mungkin dan selanjutnya kita tinggal
mengarahkan speedboat kita ke pulau impian kita.

setiap hari aku bermimpi, dan aku ingin semua impian itu terwujud,…
yang lalu biarlah berlalu,..

BILA IBU BOLEH MEMILIH

Anakku,… Bila ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu Maka ibu akan memilih mengandungmu… Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak,… engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata…

Anakku,…
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun

Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah… saat paling membahagiakan
Segala sakit dan derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku,…
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku,…
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku…
Hidup memang pilihan…
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak…
Maafkan ibu…
Maafkan ibu…
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak…
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak…
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu…


(ilove my mother....)

Selasa, 15 September 2009

IJINKAN A K U MENCIUMMU IBU


Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku dipaksa membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayangmengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis. Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya. Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi doa di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi akuyang sekarang.Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.
(DIKUTIP DARI www.van.9f.com)